MEDIA PEMBELAJARAN
1. Pengertian
Media Pembelajaran
Kata
media berasal dari bahasa latin medius yang secara harafiah berarti “tengah”,
“perantara”, atau “pengantar” dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang
berarti perantara atau pengantar. Media adalah segala sesuatu yang dapat
digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat
merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat siswa sedemikian rupa
sehingga proses belajar terjadi (Sadiman, 2002:6). Dalam buku yang berjudul
Media Pembelajaran, Sri Anitah mengemukakan bahwa media pembelajaran di artikan
sebagai sesuatu yang mengantarkan pesan pembelajaran antara pemberi pesan
kepada penerima pesan. Sedangkan menurut Smaldino, dkk (2008) dalam buku Media
Pembelajaran mengatakan bahwa media adalah suatu alat komunikasi dan sumber
informasi yang berasal dari bahasa latin yang berarti “antara” menunjuk pada
segala sesuatu yang membawa Informasi antara sumber dan penerima pesan,
sehingga dapat dikatakan sebagai media pembelajaran apabila segala sesuatu
tersebut membawakan pesan untuk suatu tujuan pembelajaran.
Sehingga
dapat disimpulkan bahwa segala sumber belajar selain guru yang menjadi penyalur
maupun penghubung isi dari materi pembelajaran yang telah diadakan maupun
direncanakan oleh guru untuk mencapai suatu tujuan itu yang sering di kenal
dengan Media Pembelajaran.
2. Fungsi
Media Pembelajaran
A. Fungsi
Media Pembelajaran sebagai Sumber Belajar
Didalam
kalimat “Sumber Belajar” ini memuat makna sebagai penyalur, penyampai,
penghubung, dan sebagainya. Mudhoffir dalam bukunya yang berjudul
Prinsip-Prinsip Pengelolaan Sumber Belajar (1992:1-2) menyebutkan bahwa sumber
belajar pada hakikatnya merupakan komponen sistem intruksional yang meliputi
pesan, orang, bahan, alat, teknik, dan lingkungan yang mana hal tersebut dapat
mempengaruhi hasil belajar siswa.
Selain
itu Edgar Dalee (Ahmad Rohani, 1997:102) mengemukakan bahwa sumber belajar
adalah pengalaman-pengalaman yang pada dasarnya sangat luas, yakni seluas
kehidupan yang mencakup segala sesuatu yang dapat dialami dan menimbulkan
peristiwa belajar.
Dari
beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa sumber belajar itu adalah
segala sesuatu yang yang digunakan oleh pendidik/guru yang berada diluar diri
siswa untuk menyalurkan pesan atau
informasi kepada siswa sehingga siswa tersebut dapat terangsang ketika
mengikuti kegiatan pembelajaran. Media pembelajaran tidak hanya dari buku
maupun sesuatu yang tersedia di dalam kelas, akan tetapi segala sesuatu yang
ada disekitar siswa yang berada didalam maupun diluar ruang kelas dapat
dimanfaatkan sebagai media pembelajaran misalnya kelompok bermain, masyarakat,
film, majalah, dan lain sebagainya.
B. Fungsi
Semantik
Fungsi
semantik adalah kemampuan media dalam menambah pebendaharaan kata yang makna atau
maksudnya benar-benar dipahami oleh siswa. Bahasa meliputi lambang (simbol)
dari isi yakni pikiran atau perasaan yang keduanya telah menjadi totalitas
pesan yang tidak dapat dipisahkan. Manusia itu sendiri yang memberi makna pada
kata suatu konteks pendidikan dan pembelajaran. Gurulah yang menjadi makna pada
setiap kata yang disampaikannya. Bila simbol-simbol kata variabel tersebut
hanya merujuk pada benda yang sederhana misal nama suatu temoat, maka masalah
komunikasi akan menjadi masalah yang sederhana sehingga guru tidak terlalu
sulit untuk menjelaskan. Guru bisa membawakan gambar untuk menjelaskannya.
Akan
tetapi apabila kata tersebut merujuk pada suatu peristiwa, sifat sesuatu,
tindakan, dan lain-lain, maka masalah komunikasi yang timbul akan menjadi
tambah rumit yakni bila komunikasinya melalui bahasa verbal. Maka guru yang
kreatif akan mampu mendayagunakan media pembelajara dengan tepat, misalnya
dengan menjelaskan melalui dramatisasi, simulasi, cerita (dongeng), cerita
bergambar, dan lain-lain.
C. Fungsi
Manipulatif
Fungsi
manipulatif ini didasarkan pada ciri-ciri (karakteristik) umum yang
dimilikinya. Berdasarkan karakteristik umum tersebut, media memiliki dua
kemampuan :
Pertama, kemampuan
media pembelajaran dalam mengatasi batas-batas ruang dan waktu, yaitu:
a. Kemampuan
media menghadirkan objek atau peristiwa yang sulit dihadirkan dalam bentuk
aslinya, seperti peristiwa bencana alam, ikan paus melahirkan anak, dan
lain-lain.
b. Kemampuan
media menjadikan objeka atau peristiwa yang menyita waktu panajang menjadi
singkat, seperti proses metamorfosis, proses berang-berang membangun bendungan
dan sarangnya, dan proses ibadah haji.
c. Kemampuan
media menghadirkan kembali objek atau peristiwa yang telah terjadi (terutama
dalam pelajaran sejarah), seperti peristiwa proklamasi kemerdekaan RI yang
dapat ditayangkan dalam sebuah film dokumenter, dramatisasi, dongeng (sandiwara
program audio), cerita bergambar, dan lain-lain.
Kedua,
kemampuan media pembelajaran dalam mengatasi keterbatasan inderawi manusia,
yaitu:
a. Membantu
siswa dalam memahami objek yang sulit diamati karena terlalu kecil, seperti
kuman, sel, atom, dan lain-lain dengan menghadirkan gambar, film, dan
lain-lain.
b. Membantu
siswa memahami objek yang bergerak terlalu lambat, seperti proses metamorfosis dengan
memanfaatkan gambar.
c. Membantu
siswa dalam memahami objek yang membutuhkan kejelasan suara, seperti cara
membaca puisi, belajar bahasa asing, belajar bernyanyi dan bermusik, dapat
memanfaatkan tape (recorder).
d. Membantu
siswa dalam memahami objek yang terlalu kompleks, misalnya dengan memanfaatkan
diagram, peta, grafik, dan lain-lain.
D. Fungsi
Psikologis
a. Fungsi
atensi
Media pembelajaran
dapat meningkatkan perhatian siswa terhadap materi ajar. Setiap orang memiliki
sel penghambat, yakni sel khusus dalam sistem saraf yang berfungsi membuang
sejumlah sensasi yang datang. Dengan adanya saraf penghambat ini para siswaa
dapat memfokuskan perhatiannya pada rangsangan yang dianggapnya menarik dan
membuang rangsangan-rangsangan lainnya.
Dengan demikian, media
pembelajaran yang tepat adalah media yang mampu menarik dan memfokuskan
perhatian siswa.
b. Fungsi
Afektif
Fungsi afektif yaitu
menggugah perasaan, emosi, dan tingkatan penerimaan atau penolakan siswa
terhadap sesuatu. Setiap orang memiliki gejala batin jiwa yang berisikan
kualitas karakter dan kesadaran. Ia berwujud pencurahan perasaan minat, sikap
penghargaan, nilai-nilai, dan perangkat emosi atau kecenderungan-kecenderungan
batin (Jahja Qahar, 1982:11).
Media pembelajaran yang
tepat guna dapat meningkatkan penerimaan siswa terhada suatu rangsangan
tertentu yang berupa kemauan. Dengan adanya media pembelajaran siswa terlihat
bersedia menerima beban pelajaran serta memberi perhatian pada pelajaran yang
diikutinya serta siswa akan ikut berpartisipasi dalam seluruh proses
pembelajaran secara suka rela yang merupakan reaksi siswa terahdap rangsangan
yang diterimanya. Apabila hal tersebut dilakukan secara terus menerus, maka
tidak menutup kemungkinan dalam jiwanya melakukan penilaian dan penghargaan
terhadap nilai-nilai atau norma-norma itu akan diterima dan diyakininya.
Kemudian akan terjadi pengorganisasian nilai-nilai, norma-norma, kepercayaan,
ide, dan sikap menjadi sistem batin yang konsisten yang disebut sebagai
karakterisasi (Krathwokl, et.al sebagai dikutip Jahja Qahar, 1982:11-12).
c. Fungsi
Kognitif
Siswa yang belajar
melalui media pembelajaran akan memperoleh dan menggunakan bentuk-bentuk
representasi yang mewakili objek-objek yang dihadapi, baik objek itu berupa
orang, benda, atau kejadian/peristiwa. Objek tersebut dihadirkan dalam diri
seseorang melalui tanggapan, gagasan, atau lambangg, yang dalam istilah
psikologi merupakan sesuatu yang bersifat mental (WS. Winkel, 1989:42).
Misalnya saja seorang siswa belajar melalui peristiwa ketika ia pergi berlibur
bersama keluarganya, ia tidak membawa pulang tempat-tempat yang ia kunjungi,
akan tetapi ia dapat menceritakan itu kepada teman-temannya yang terbentuk
dalam suatu gagasan dan tanggapan yang dituangkan dalam kata-kata untuk
kemudian disampaikan kepada teman-temannya. Sehingga itu bersifat mental.
d. Fungsi
Imajinatif
Imajinasi (imagination)
berdasarkan kamus lengkap Psikologi (C.P. Chaplin, 1993:239) adalah proses
menciptakan objek atau peristiwa tanpa pemanfaatan data sensoris. Imajinasi ini
mencakup penimbulan atau kreasi objek-objek baru sebagai rencana bagi masa
mendatang, atau dapat juga mengambil bentuk fantasi (khayalan) yang didominasi
kuat sekali oleh pikiran-pikiran yang autistik.
Dwianto Setyawan
seorang pengarang cerita anak-anak seperti dikutip Tri Agung Kristanto (Shinta
Rahmawati, 2001:15) menegaskan bahwa orang dewasa seharusnya jangan mematikan
imajinasi dan fantasi anak. Apabila anak memiliki fantasi sendiri dengan mainan
atau benda yang ia miliki, hendaknya orang yang lebih dewasa jangan melarang
dan anak diminta menyesuaikan fantasi yang dimiliki oleh orang dewasa.
e. Fungsi
Motivasi
Motivasi merupakan seni
mendorong siswa untuk terdorong melakukan kegiatan belajar sehingga tujuan
pembelajaran tercapai. Dengan demikian motivasi merupakan usaha dari guru untuk
mendorong, mengaktifkan dan menggerakkan siswanya secara sadar untuk terlibat
secara aktif dalam proses pembelajaran.
Guru dapat memotivasi
siswanya dengan cara membangkitkan minat belajarnya dengan cara memberikan dan
menimbulkan harapan. Donald O. Hebb (Aminuddin Rasyad, 2003:93) menyebut cara
pertama dengan arousal yakni suatu usaha guru untuk membangkitkan motivasi dari
dalam diri siswa. sedangkan yang kedua expectancy adalah suatu keyakinan yang
secara seketika timbul untuk terpenuhinya suatu harapan yang mendorong
seseorang untuk terpenuhinya suatu harapan yang mendorong seseorang untuk
melakukan suatu kegiatan. Harapan akan tercapainya suatu tujuan dapat menjadi
motivasi yang ditimbulkan guru ke dalam diri siswa. salah satu pemberian
harapan itu yakni dengan cara memudahkan siswa, bahkan yang dianggap lemah
sekalipun dalam menerima dan memahami isi pelajaran yakni melalui pemanfaatan
media pembelajaran yang tepat guna.
E. Fungsi
Sosio-Kultural
Yakni
mengatasi hambatan sosio-kultural antar peserta komunikasi pembelajaran. Bukan
hal yang mudah untuk memahami para siswa yang memiliki jumlah cukup banyak
didalam kelas. Setiap anak pasti memiliki karakteristik yang berbeda
apalagibila dihubungkan dengan adat, keyakinan, lingkungan, pengalaman, dan
lain-lain. Sedangkan di pihak lain,
kurikulum dan materi ajar ditentukan dan diberlakukan secara umum untuk para
siswa. Tentunya guru akan mengalami kesulitan mengatasi hal tersebut apalagi
hanya sendirian terlebih lagi bila latar belakang guru baik adat, budaya,
lingkungan dan pengalamannya berbeda dengan siswanya. Masalah ini dapat diatasi
dengan media pembelajaran karena memiliki kemampuan dalam memberikan rangasngan
yang sama, mempersamakan pengalaman, dan menimbulkan persepsi yang sama.
TAKSONOMI
MEDIA PEMBELAJARAN
A. Taksonomi
Media Berdasarkan Rangsangan Belajar
Menurut
Edling, media merupakan variabel rangsangan belajar bagi siswa. Ia juga
beranggapan bahwa pendekatan menurut model Guilford dan Bloom cukup memadai
untuk mengklasifikasi dimensi siswa dan tanggapan. Oleh sebab itu, Edling hanya
memfokuskan pada variabel rangsangan saja.
Menurut
Edling, media merupakan bagian dari enam unsur rangsangan, yaitu dua untuk
pengalaman audio yang meliputi subjektif visiual dan objektif audio, dua untuk
pengalaman visual meliputi subjektif audio dan objektif visual, dan dua
pengalaman belajar 2 dimensi meliputi pengalaman langsung dengan orang dan
pengalaman langsung dengan benda-benda.
B. Taksonomi
Media Berdasarkan Fungsi Pembelajaran
Menurut
Gagne, ada 7 jenis pengelompokan media, yaitu benda untuk didemonstrasikan ,
komunikasi lisan, media cetak, gambar diam, gambar gerak, film bersuara dan
mesin belajar. Ketujuh kelompok media tersebut akan dikaitkan dengan kemampuan
memenuhi fungsi menurut tingkatan hirarki belajar yang dikembangakan. Misalnya,
perilaku dalam belajar, memberi kondisi eksternal, menuntun cara berfikir,
memasukan alih ilmu, menilai prestasi dan pemberi umpan balik.
C. Taksonomi
Media Menurut Hirarki Pemanfaatannya Untuk Pendidikan
Ducan
menyusun taksonomi media menurut hirarki pemanfaatannya untuk pendidikan.
Menurut Ducan ada 2 hirarki pemanfaatan dalam pendidikan, yaitu pertama jika biaya investasi tinggi,
maka semakin sulit pengadaannya, tetapi juga semakin umum penggunaannya dan
semakin luas lingkup sasarannya, misalnya media video atau movie maker. Kedua, Jadi, hirarki Ducan disusun
menurut tingkat kerumitan perangkat media yang dipergunakan.
D. Taksonomi
Media Berdasarkan Indera yang Terlibat
Menurut
Rudi Bretz, ada 3 unsur pokok media berdasarkan indera yang terlibat, yaitu
suara, visual dan gerak. Unsur suara adalah unsur yang melibatkan indera
pendengaran. Unsur visual adalah unsur yang melibatkan indera pengelihatan.
Pada unsur visual, Bretz membagi menjadi gambar, garis dan simbol verbal yang
ditangkap oleh indera pengelihatan. Sedangkan pada unsur gerak, Bretz tidak
mendasarkan “gerak” pada keterlibatan inderawi, namun kepada alat-alat yang
mendukung dalam media yang bersangkutan.
Bretz
juga mengklasifikasikan unsur tersebut antara media siar (telecommunication) dengan rekam (recording), sehingga ada 8 klasifikasi media, yaitu media
audiovisual gerak, audiovisual diam, audio semi gerak, visual gerak, visual
diam, semi gerak, audio dan media cetak. Contoh media pembelajaran yang
merupakan audiovisual gerak adalah televisi, gambar/suara. Sedangan contoh
untuk media pembelajaran yang merupakan audiovisual diam adalah buku dengan
audio.
Bila
dilihat dari intensitasnya, maka indera yang paling banyak membantu manusia
dalam memperoleh pengetahuan dan pengalaman adalah indera pendengaran dan
pengelihatan. Kedua indera tersebut dapat bekerja secara sendiri-sendiri maupun
secara bersamaan. Media pembelajaran yang melibatkan indera pendengaran saja
biasa disebut dengan media audio, Dilihat dari pesan verbal dan non verbal yang
diterimanya media audio menerima pesan verbal dan non verbal. Bahasa lisan atau
kata-kata merupakan pesan verbal. Sedangkan pesan non verbal adalah
bunyi-bunyian dan vokalisasi, seperti gerutan, gumam, musik. contohnya adalah
Radio, alat perekam.
Sedangkan
untuk media pembelajaran yang melibatkan indera pengelihatan saja biasa disebut
dengan media visual. Jenis media yang merupakan media visual adalah media
visual-verbal, media visual-nonverbal-grafis, media visual non verbal-tiga
dimensi. Media visual-verbal adalah media visual yang memuat pesan verbal,
sedangkan media visual-nonverbal-grafis adalah media visual yang memuat pesan
nonverbal yakni berupa simbol-simbol visual atau grafis. Contoh dari media
visual-verbal dan visual-nonverbal-grafis adalah media cetak (buku, majalah, koran,
modul, komik).
Media
pembelajaran yang melibatkan indera pendengaran dan pengelihatan disebut dengan
media audio visual, contohnya adalah video, televisi, film. Kemudian, bila
dalam proses pembelajaran menggunakan media pembelajaran yang melibatkan banyak
indera yang tidak hanya melibatkan indera pengelihatan dan pendengaran, maka
media pembelajaran tersebut dinamakan multimedia. Media ini dapat berupa
memberikan pengalaman secara langsung bisa diperoleh dari internet atau
komputer, karyawisata, bermain peran.
PEMILIHAN
MEDIA UNTUK PEMBELAJARAN
A. Dasar
Pemilihan Media Untuk Pembelajaran
Dwyer
mengemukakan teori realisme yang menjelaskan bahwa belajar yang sempurna hanya
dapat tercapai jika menggunakan bahan-bahan visual dan audiovisual yang
mendekati realitas, misalnya gambar, film, lukisan, poster, dll. Pemilihan
media yang digunakan dalam proses pembelajaran tentunya harus mempertimbangkan
kriteria-kriteria media yang logis dan benar. Untuk memenuhi kriteria media
yang logis dan benar, maka guru perlu memperhatikan karakteristik siswa, tujuan
pembelajaran, bahan ajar, karakteristik medianya sendiri dan sifat pemanfaatan
media.
1. Karakteristik
Siswa
Karakteristik
siswa adalah keseluruhan kelakuan dan kemampuan pada diri siswa sehingga
menentukan aktivitas dalam meraih cita-cita. Ada tiga macam karakteristik
siswa. Pertama, karakteristik yang berkenaan dengan kemampuan awal siswa untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Kemampuan tersebut merupakan hasil dari berbagai
pengalaman masing-masing siswa. Kedua, karakteristik yang berhubungan dengan
latar belakang, lingkungan hidup dan status sosial. Ketiga, Karakteristik yang
berhubungan dengan perbedaan kepribadian, yang meliputi fungsi kognitif (daya
kreativitas, taraf intelegnsia, bakat khusus, organisasi kognitif, taraf
kemampuan berbahasa, gaya belajar, daya fantasi, dan teknik belajar).
Selanjutnya adalah fungsi konatif-dinamik yang meliputi motivasi belajar,
perhatian konsentrasi. Kemudian fungsi afektif yang mencakup tempramen,
perasaan, sikap, dan minat. Dan yang terakhir adalah beberapa hal lain yang
menyangkut kepribadian siswa seperti individualitas biologis, kondisi mental,
vitalitas psikis dan perkembangan kepribadian.
Pengetahuan
mengenai karakteristik siswa sangat membantu guru untuk mementukan pola-pola
pengajaran yang lebih baik. Untuk menciptakan pengajaran yang baik, guru perlu
mengembangkan metode, media dan teknik dalam mengajar sehingga dapat
memfasilitasi belajar siswa dengan baik.
2. Tujuan
Belajar
Dasar
pertimbangan selanjutnya adalah dengan menentukan tujuan belajar yang ingin
dicapai. Tujuan belajar yang dirumuskan haruslah dapat mencakup tiga hal utama,
yaitu untuk mendapatkan pengetahuan, mendapatkan konsep dan keterampilan, serta
pembentukan sikap. Tujuan tersebut diharapkan dapat mencapai hasil yang
diharapakan, yang relevan dengan ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.
Sehingga, guru haruslah menyiapkan media pembelajaran yang sesuai dengan ketiga
ranah tersebut. Jika tujuan pembelajaran atau kompentensi yang ingin dicapai
adalah menghafalkan kata, maka guru sebaiknya menggunakan media audio. Jika
tujuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran adalah memahami isi bacaan, maka
guru haruslah menggunakan media cetak. Kalau tujuan pembelajaran bersifat
motorik (gerak dan aktivitas), maka media film dan video bisa digunakan.
3. Sifat
Pemanfaatan Media
Ada 8 sifat bahan ajar
yang disampaikan oleh B. Diedrich, yaitu :
a) Visual
activities, bahan ajar yang mencakup visual activities adalah membaca,
memperhatikan gambar, memperhatikan demonstrasi, percobaan dan pekerjaan orang
lain.
b) Oral
activities, mencakup bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan
wawancara, diskusi dan interupsi.
c) Writing
activities, misalkan mencatat poin-poin penting yang didengar, menulis
karangan, cerita menyusun angket, menyalin.
d) Drawing
activities, misal menggambar, membuat grafik, menggambar peta atau diagram.
e) Motor
activities, yang termasuk di dalamnya adalah melakukan percobaan, membuat
konstruksi, bermain, berkebun dan beternak.
f) Mental
activities, contohnya adalah menanggapi, mengingat, memecahkan soal,
menganalisa, melihat hubungan, mengambil keputusan.
g) Emotional
activities, seperti menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, berani,
tenang dan gugup.
Jadi
dengan pengelompokkan aktivitas sebagai implementasi dari bahan ajar di atas,
dapat dilihat bahwa aktivitas di sekolah cukup kompleks dan bervariasi. Maka,
guru sangatlah dituntut untuk mengembangan kreatifitasnya agar dapat
memfasilitasi siswa dengan media-media pembelajaran yang lebih baik.
4. Pengadaan
Media
Menurut
Arief S. Sadiman, media dibagi menjadi dua macam, yaitu Media jadi dan media rancangan.
Media jadi adalah media yang sudah menjadi komoditi perdagangan. Walaupun sudah
hemat waktu, hemat biasa dan tenaga, namun kestabilan materi dan penggunaannya
kecil kemungkinan sesuai tujuan pembelajaran. Karena, media pembelajaran yang
sudah menjadi komoditi perdagangan cenderung lebih umum kelompok sasaran dan
tujuannya. Sehingga tujuan atau kompetensi yang ingin dicapai kurang maksimal.
Kedua
adalah media rancangan. Media rancangan adalah media yang dirancang secara
khusus untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran tertentu. Oleh karena itu,
media ini besar kemungkinan sesuai tujuan pembelajaran.
5. Sifat
Pemanfaatan Media
Sifat
pemanfaatan media dibedakan menjadi dua macam, yaitu media primer dan media
sekunder. Media primer adalah media yang diperlukan atau harus digunakan guru
untuk membantu siswa dalam proses pembelajaran. Sedangakan, media sekunder
adalah media yang bertujuan memberikan pengayaan materi. Media sekunder dapat
dijadikan sumber belajar dimana para siswa dapat belajar secara mandiri atau
berkelompok.
Sumber :
Munadi,
Yudhi. 2008. Media pembelajaran (Sebuah
pendekatan baru). Jakarta : Gaung Persada Press