Media Pembelajaran



MEDIA PEMBELAJARAN
1.      Pengertian Media Pembelajaran
Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harafiah berarti “tengah”, “perantara”, atau “pengantar” dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang berarti perantara atau pengantar. Media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi (Sadiman, 2002:6). Dalam buku yang berjudul Media Pembelajaran, Sri Anitah mengemukakan bahwa media pembelajaran di artikan sebagai sesuatu yang mengantarkan pesan pembelajaran antara pemberi pesan kepada penerima pesan. Sedangkan menurut Smaldino, dkk (2008) dalam buku Media Pembelajaran mengatakan bahwa media adalah suatu alat komunikasi dan sumber informasi yang berasal dari bahasa latin yang berarti “antara” menunjuk pada segala sesuatu yang membawa Informasi antara sumber dan penerima pesan, sehingga dapat dikatakan sebagai media pembelajaran apabila segala sesuatu tersebut membawakan pesan untuk suatu tujuan pembelajaran.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa segala sumber belajar selain guru yang menjadi penyalur maupun penghubung isi dari materi pembelajaran yang telah diadakan maupun direncanakan oleh guru untuk mencapai suatu tujuan itu yang sering di kenal dengan Media Pembelajaran.

2.      Fungsi Media Pembelajaran
A.    Fungsi Media Pembelajaran sebagai Sumber Belajar
Didalam kalimat “Sumber Belajar” ini memuat makna sebagai penyalur, penyampai, penghubung, dan sebagainya. Mudhoffir dalam bukunya yang berjudul Prinsip-Prinsip Pengelolaan Sumber Belajar (1992:1-2) menyebutkan bahwa sumber belajar pada hakikatnya merupakan komponen sistem intruksional yang meliputi pesan, orang, bahan, alat, teknik, dan lingkungan yang mana hal tersebut dapat mempengaruhi hasil belajar siswa.
Selain itu Edgar Dalee (Ahmad Rohani, 1997:102) mengemukakan bahwa sumber belajar adalah pengalaman-pengalaman yang pada dasarnya sangat luas, yakni seluas kehidupan yang mencakup segala sesuatu yang dapat dialami dan menimbulkan peristiwa belajar.
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa sumber belajar itu adalah segala sesuatu yang yang digunakan oleh pendidik/guru yang berada diluar diri siswa untuk  menyalurkan pesan atau informasi kepada siswa sehingga siswa tersebut dapat terangsang ketika mengikuti kegiatan pembelajaran. Media pembelajaran tidak hanya dari buku maupun sesuatu yang tersedia di dalam kelas, akan tetapi segala sesuatu yang ada disekitar siswa yang berada didalam maupun diluar ruang kelas dapat dimanfaatkan sebagai media pembelajaran misalnya kelompok bermain, masyarakat, film, majalah, dan lain sebagainya.

B.     Fungsi Semantik
Fungsi semantik adalah kemampuan media dalam menambah pebendaharaan kata yang makna atau maksudnya benar-benar dipahami oleh siswa. Bahasa meliputi lambang (simbol) dari isi yakni pikiran atau perasaan yang keduanya telah menjadi totalitas pesan yang tidak dapat dipisahkan. Manusia itu sendiri yang memberi makna pada kata suatu konteks pendidikan dan pembelajaran. Gurulah yang menjadi makna pada setiap kata yang disampaikannya. Bila simbol-simbol kata variabel tersebut hanya merujuk pada benda yang sederhana misal nama suatu temoat, maka masalah komunikasi akan menjadi masalah yang sederhana sehingga guru tidak terlalu sulit untuk menjelaskan. Guru bisa membawakan gambar untuk menjelaskannya.
Akan tetapi apabila kata tersebut merujuk pada suatu peristiwa, sifat sesuatu, tindakan, dan lain-lain, maka masalah komunikasi yang timbul akan menjadi tambah rumit yakni bila komunikasinya melalui bahasa verbal. Maka guru yang kreatif akan mampu mendayagunakan media pembelajara dengan tepat, misalnya dengan menjelaskan melalui dramatisasi, simulasi, cerita (dongeng), cerita bergambar, dan lain-lain.

C.     Fungsi Manipulatif
Fungsi manipulatif ini didasarkan pada ciri-ciri (karakteristik) umum yang dimilikinya. Berdasarkan karakteristik umum tersebut, media memiliki dua kemampuan :
Pertama, kemampuan media pembelajaran dalam mengatasi batas-batas ruang dan waktu, yaitu:
a.       Kemampuan media menghadirkan objek atau peristiwa yang sulit dihadirkan dalam bentuk aslinya, seperti peristiwa bencana alam, ikan paus melahirkan anak, dan lain-lain.
b.      Kemampuan media menjadikan objeka atau peristiwa yang menyita waktu panajang menjadi singkat, seperti proses metamorfosis, proses berang-berang membangun bendungan dan sarangnya, dan proses ibadah haji.
c.       Kemampuan media menghadirkan kembali objek atau peristiwa yang telah terjadi (terutama dalam pelajaran sejarah), seperti peristiwa proklamasi kemerdekaan RI yang dapat ditayangkan dalam sebuah film dokumenter, dramatisasi, dongeng (sandiwara program audio), cerita bergambar, dan lain-lain.
Kedua, kemampuan media pembelajaran dalam mengatasi keterbatasan inderawi manusia, yaitu:
a.       Membantu siswa dalam memahami objek yang sulit diamati karena terlalu kecil, seperti kuman, sel, atom, dan lain-lain dengan menghadirkan gambar, film, dan lain-lain.
b.      Membantu siswa memahami objek yang bergerak terlalu lambat, seperti proses metamorfosis dengan memanfaatkan gambar.
c.       Membantu siswa dalam memahami objek yang membutuhkan kejelasan suara, seperti cara membaca puisi, belajar bahasa asing, belajar bernyanyi dan bermusik, dapat memanfaatkan tape (recorder).
d.      Membantu siswa dalam memahami objek yang terlalu kompleks, misalnya dengan memanfaatkan diagram, peta, grafik, dan lain-lain.

D.    Fungsi Psikologis
a.       Fungsi atensi
Media pembelajaran dapat meningkatkan perhatian siswa terhadap materi ajar. Setiap orang memiliki sel penghambat, yakni sel khusus dalam sistem saraf yang berfungsi membuang sejumlah sensasi yang datang. Dengan adanya saraf penghambat ini para siswaa dapat memfokuskan perhatiannya pada rangsangan yang dianggapnya menarik dan membuang rangsangan-rangsangan lainnya.
Dengan demikian, media pembelajaran yang tepat adalah media yang mampu menarik dan memfokuskan perhatian siswa.
b.      Fungsi Afektif
Fungsi afektif yaitu menggugah perasaan, emosi, dan tingkatan penerimaan atau penolakan siswa terhadap sesuatu. Setiap orang memiliki gejala batin jiwa yang berisikan kualitas karakter dan kesadaran. Ia berwujud pencurahan perasaan minat, sikap penghargaan, nilai-nilai, dan perangkat emosi atau kecenderungan-kecenderungan batin (Jahja Qahar, 1982:11).
Media pembelajaran yang tepat guna dapat meningkatkan penerimaan siswa terhada suatu rangsangan tertentu yang berupa kemauan. Dengan adanya media pembelajaran siswa terlihat bersedia menerima beban pelajaran serta memberi perhatian pada pelajaran yang diikutinya serta siswa akan ikut berpartisipasi dalam seluruh proses pembelajaran secara suka rela yang merupakan reaksi siswa terahdap rangsangan yang diterimanya. Apabila hal tersebut dilakukan secara terus menerus, maka tidak menutup kemungkinan dalam jiwanya melakukan penilaian dan penghargaan terhadap nilai-nilai atau norma-norma itu akan diterima dan diyakininya. Kemudian akan terjadi pengorganisasian nilai-nilai, norma-norma, kepercayaan, ide, dan sikap menjadi sistem batin yang konsisten yang disebut sebagai karakterisasi (Krathwokl, et.al sebagai dikutip Jahja Qahar, 1982:11-12).
c.       Fungsi Kognitif
Siswa yang belajar melalui media pembelajaran akan memperoleh dan menggunakan bentuk-bentuk representasi yang mewakili objek-objek yang dihadapi, baik objek itu berupa orang, benda, atau kejadian/peristiwa. Objek tersebut dihadirkan dalam diri seseorang melalui tanggapan, gagasan, atau lambangg, yang dalam istilah psikologi merupakan sesuatu yang bersifat mental (WS. Winkel, 1989:42). Misalnya saja seorang siswa belajar melalui peristiwa ketika ia pergi berlibur bersama keluarganya, ia tidak membawa pulang tempat-tempat yang ia kunjungi, akan tetapi ia dapat menceritakan itu kepada teman-temannya yang terbentuk dalam suatu gagasan dan tanggapan yang dituangkan dalam kata-kata untuk kemudian disampaikan kepada teman-temannya. Sehingga itu bersifat mental. 
d.      Fungsi Imajinatif
Imajinasi (imagination) berdasarkan kamus lengkap Psikologi (C.P. Chaplin, 1993:239) adalah proses menciptakan objek atau peristiwa tanpa pemanfaatan data sensoris. Imajinasi ini mencakup penimbulan atau kreasi objek-objek baru sebagai rencana bagi masa mendatang, atau dapat juga mengambil bentuk fantasi (khayalan) yang didominasi kuat sekali oleh pikiran-pikiran yang autistik.
Dwianto Setyawan seorang pengarang cerita anak-anak seperti dikutip Tri Agung Kristanto (Shinta Rahmawati, 2001:15) menegaskan bahwa orang dewasa seharusnya jangan mematikan imajinasi dan fantasi anak. Apabila anak memiliki fantasi sendiri dengan mainan atau benda yang ia miliki, hendaknya orang yang lebih dewasa jangan melarang dan anak diminta menyesuaikan fantasi yang dimiliki oleh orang dewasa.
e.       Fungsi Motivasi
Motivasi merupakan seni mendorong siswa untuk terdorong melakukan kegiatan belajar sehingga tujuan pembelajaran tercapai. Dengan demikian motivasi merupakan usaha dari guru untuk mendorong, mengaktifkan dan menggerakkan siswanya secara sadar untuk terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran.
Guru dapat memotivasi siswanya dengan cara membangkitkan minat belajarnya dengan cara memberikan dan menimbulkan harapan. Donald O. Hebb (Aminuddin Rasyad, 2003:93) menyebut cara pertama dengan arousal yakni suatu usaha guru untuk membangkitkan motivasi dari dalam diri siswa. sedangkan yang kedua expectancy adalah suatu keyakinan yang secara seketika timbul untuk terpenuhinya suatu harapan yang mendorong seseorang untuk terpenuhinya suatu harapan yang mendorong seseorang untuk melakukan suatu kegiatan. Harapan akan tercapainya suatu tujuan dapat menjadi motivasi yang ditimbulkan guru ke dalam diri siswa. salah satu pemberian harapan itu yakni dengan cara memudahkan siswa, bahkan yang dianggap lemah sekalipun dalam menerima dan memahami isi pelajaran yakni melalui pemanfaatan media pembelajaran yang tepat guna.

E.     Fungsi Sosio-Kultural
Yakni mengatasi hambatan sosio-kultural antar peserta komunikasi pembelajaran. Bukan hal yang mudah untuk memahami para siswa yang memiliki jumlah cukup banyak didalam kelas. Setiap anak pasti memiliki karakteristik yang berbeda apalagibila dihubungkan dengan adat, keyakinan, lingkungan, pengalaman, dan lain-lain. Sedangkan  di pihak lain, kurikulum dan materi ajar ditentukan dan diberlakukan secara umum untuk para siswa. Tentunya guru akan mengalami kesulitan mengatasi hal tersebut apalagi hanya sendirian terlebih lagi bila latar belakang guru baik adat, budaya, lingkungan dan pengalamannya berbeda dengan siswanya. Masalah ini dapat diatasi dengan media pembelajaran karena memiliki kemampuan dalam memberikan rangasngan yang sama, mempersamakan pengalaman, dan menimbulkan persepsi yang sama.


TAKSONOMI MEDIA PEMBELAJARAN

A.    Taksonomi Media Berdasarkan Rangsangan Belajar
Menurut Edling, media merupakan variabel rangsangan belajar bagi siswa. Ia juga beranggapan bahwa pendekatan menurut model Guilford dan Bloom cukup memadai untuk mengklasifikasi dimensi siswa dan tanggapan. Oleh sebab itu, Edling hanya memfokuskan pada variabel rangsangan saja.
Menurut Edling, media merupakan bagian dari enam unsur rangsangan, yaitu dua untuk pengalaman audio yang meliputi subjektif visiual dan objektif audio, dua untuk pengalaman visual meliputi subjektif audio dan objektif visual, dan dua pengalaman belajar 2 dimensi meliputi pengalaman langsung dengan orang dan pengalaman langsung dengan benda-benda.

B.     Taksonomi Media Berdasarkan Fungsi Pembelajaran
Menurut Gagne, ada 7 jenis pengelompokan media, yaitu benda untuk didemonstrasikan , komunikasi lisan, media cetak, gambar diam, gambar gerak, film bersuara dan mesin belajar. Ketujuh kelompok media tersebut akan dikaitkan dengan kemampuan memenuhi fungsi menurut tingkatan hirarki belajar yang dikembangakan. Misalnya, perilaku dalam belajar, memberi kondisi eksternal, menuntun cara berfikir, memasukan alih ilmu, menilai prestasi dan pemberi umpan balik.

C.     Taksonomi Media Menurut Hirarki Pemanfaatannya Untuk Pendidikan
Ducan menyusun taksonomi media menurut hirarki pemanfaatannya untuk pendidikan. Menurut Ducan ada 2 hirarki pemanfaatan dalam pendidikan, yaitu pertama jika biaya investasi tinggi, maka semakin sulit pengadaannya, tetapi juga semakin umum penggunaannya dan semakin luas lingkup sasarannya, misalnya media video atau movie maker. Kedua, Jadi, hirarki Ducan disusun menurut tingkat kerumitan perangkat media yang dipergunakan.

D.    Taksonomi Media Berdasarkan Indera yang Terlibat
Menurut Rudi Bretz, ada 3 unsur pokok media berdasarkan indera yang terlibat, yaitu suara, visual dan gerak. Unsur suara adalah unsur yang melibatkan indera pendengaran. Unsur visual adalah unsur yang melibatkan indera pengelihatan. Pada unsur visual, Bretz membagi menjadi gambar, garis dan simbol verbal yang ditangkap oleh indera pengelihatan. Sedangkan pada unsur gerak, Bretz tidak mendasarkan “gerak” pada keterlibatan inderawi, namun kepada alat-alat yang mendukung dalam media yang bersangkutan.
Bretz juga mengklasifikasikan unsur tersebut antara media siar (telecommunication) dengan rekam (recording), sehingga ada 8 klasifikasi media, yaitu media audiovisual gerak, audiovisual diam, audio semi gerak, visual gerak, visual diam, semi gerak, audio dan media cetak. Contoh media pembelajaran yang merupakan audiovisual gerak adalah televisi, gambar/suara. Sedangan contoh untuk media pembelajaran yang merupakan audiovisual diam adalah buku dengan audio.
Bila dilihat dari intensitasnya, maka indera yang paling banyak membantu manusia dalam memperoleh pengetahuan dan pengalaman adalah indera pendengaran dan pengelihatan. Kedua indera tersebut dapat bekerja secara sendiri-sendiri maupun secara bersamaan. Media pembelajaran yang melibatkan indera pendengaran saja biasa disebut dengan media audio, Dilihat dari pesan verbal dan non verbal yang diterimanya media audio menerima pesan verbal dan non verbal. Bahasa lisan atau kata-kata merupakan pesan verbal. Sedangkan pesan non verbal adalah bunyi-bunyian dan vokalisasi, seperti gerutan, gumam, musik. contohnya adalah Radio, alat perekam.
Sedangkan untuk media pembelajaran yang melibatkan indera pengelihatan saja biasa disebut dengan media visual. Jenis media yang merupakan media visual adalah media visual-verbal, media visual-nonverbal-grafis, media visual non verbal-tiga dimensi. Media visual-verbal adalah media visual yang memuat pesan verbal, sedangkan media visual-nonverbal-grafis adalah media visual yang memuat pesan nonverbal yakni berupa simbol-simbol visual atau grafis. Contoh dari media visual-verbal dan visual-nonverbal-grafis adalah media cetak (buku, majalah, koran, modul, komik).
Media pembelajaran yang melibatkan indera pendengaran dan pengelihatan disebut dengan media audio visual, contohnya adalah video, televisi, film. Kemudian, bila dalam proses pembelajaran menggunakan media pembelajaran yang melibatkan banyak indera yang tidak hanya melibatkan indera pengelihatan dan pendengaran, maka media pembelajaran tersebut dinamakan multimedia. Media ini dapat berupa memberikan pengalaman secara langsung bisa diperoleh dari internet atau komputer,  karyawisata, bermain peran.

PEMILIHAN MEDIA UNTUK PEMBELAJARAN


A.    Dasar Pemilihan Media Untuk Pembelajaran
Dwyer mengemukakan teori realisme yang menjelaskan bahwa belajar yang sempurna hanya dapat tercapai jika menggunakan bahan-bahan visual dan audiovisual yang mendekati realitas, misalnya gambar, film, lukisan, poster, dll. Pemilihan media yang digunakan dalam proses pembelajaran tentunya harus mempertimbangkan kriteria-kriteria media yang logis dan benar. Untuk memenuhi kriteria media yang logis dan benar, maka guru perlu memperhatikan karakteristik siswa, tujuan pembelajaran, bahan ajar, karakteristik medianya sendiri dan sifat pemanfaatan media.

1.      Karakteristik Siswa
Karakteristik siswa adalah keseluruhan kelakuan dan kemampuan pada diri siswa sehingga menentukan aktivitas dalam meraih cita-cita. Ada tiga macam karakteristik siswa. Pertama, karakteristik yang berkenaan dengan kemampuan awal siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Kemampuan tersebut merupakan hasil dari berbagai pengalaman masing-masing siswa. Kedua, karakteristik yang berhubungan dengan latar belakang, lingkungan hidup dan status sosial. Ketiga, Karakteristik yang berhubungan dengan perbedaan kepribadian, yang meliputi fungsi kognitif (daya kreativitas, taraf intelegnsia, bakat khusus, organisasi kognitif, taraf kemampuan berbahasa, gaya belajar, daya fantasi, dan teknik belajar). Selanjutnya adalah fungsi konatif-dinamik yang meliputi motivasi belajar, perhatian konsentrasi. Kemudian fungsi afektif yang mencakup tempramen, perasaan, sikap, dan minat. Dan yang terakhir adalah beberapa hal lain yang menyangkut kepribadian siswa seperti individualitas biologis, kondisi mental, vitalitas psikis dan perkembangan kepribadian.
Pengetahuan mengenai karakteristik siswa sangat membantu guru untuk mementukan pola-pola pengajaran yang lebih baik. Untuk menciptakan pengajaran yang baik, guru perlu mengembangkan metode, media dan teknik dalam mengajar sehingga dapat memfasilitasi belajar siswa dengan baik.



2.      Tujuan Belajar
Dasar pertimbangan selanjutnya adalah dengan menentukan tujuan belajar yang ingin dicapai. Tujuan belajar yang dirumuskan haruslah dapat mencakup tiga hal utama, yaitu untuk mendapatkan pengetahuan, mendapatkan konsep dan keterampilan, serta pembentukan sikap. Tujuan tersebut diharapkan dapat mencapai hasil yang diharapakan, yang relevan dengan ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Sehingga, guru haruslah menyiapkan media pembelajaran yang sesuai dengan ketiga ranah tersebut. Jika tujuan pembelajaran atau kompentensi yang ingin dicapai adalah menghafalkan kata, maka guru sebaiknya menggunakan media audio. Jika tujuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran adalah memahami isi bacaan, maka guru haruslah menggunakan media cetak. Kalau tujuan pembelajaran bersifat motorik (gerak dan aktivitas), maka media film dan video bisa digunakan.
3.      Sifat Pemanfaatan Media
Ada 8 sifat bahan ajar yang disampaikan oleh B. Diedrich, yaitu :
a)      Visual activities, bahan ajar yang mencakup visual activities adalah membaca, memperhatikan gambar, memperhatikan demonstrasi, percobaan dan pekerjaan orang lain.
b)      Oral activities, mencakup bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi dan interupsi.
c)      Writing activities, misalkan mencatat poin-poin penting yang didengar, menulis karangan, cerita menyusun angket, menyalin.
d)     Drawing activities, misal menggambar, membuat grafik, menggambar peta atau diagram.
e)      Motor activities, yang termasuk di dalamnya adalah melakukan percobaan, membuat konstruksi, bermain, berkebun dan beternak.
f)       Mental activities, contohnya adalah menanggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisa, melihat hubungan, mengambil keputusan.
g)      Emotional activities, seperti menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, berani, tenang dan gugup.
Jadi dengan pengelompokkan aktivitas sebagai implementasi dari bahan ajar di atas, dapat dilihat bahwa aktivitas di sekolah cukup kompleks dan bervariasi. Maka, guru sangatlah dituntut untuk mengembangan kreatifitasnya agar dapat memfasilitasi siswa dengan media-media pembelajaran yang lebih baik.
4.      Pengadaan Media
Menurut Arief S. Sadiman, media dibagi menjadi dua macam, yaitu Media jadi dan media rancangan. Media jadi adalah media yang sudah menjadi komoditi perdagangan. Walaupun sudah hemat waktu, hemat biasa dan tenaga, namun kestabilan materi dan penggunaannya kecil kemungkinan sesuai tujuan pembelajaran. Karena, media pembelajaran yang sudah menjadi komoditi perdagangan cenderung lebih umum kelompok sasaran dan tujuannya. Sehingga tujuan atau kompetensi yang ingin dicapai kurang maksimal.
Kedua adalah media rancangan. Media rancangan adalah media yang dirancang secara khusus untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran tertentu. Oleh karena itu, media ini besar kemungkinan sesuai tujuan pembelajaran.
5.      Sifat Pemanfaatan Media
Sifat pemanfaatan media dibedakan menjadi dua macam, yaitu media primer dan media sekunder. Media primer adalah media yang diperlukan atau harus digunakan guru untuk membantu siswa dalam proses pembelajaran. Sedangakan, media sekunder adalah media yang bertujuan memberikan pengayaan materi. Media sekunder dapat dijadikan sumber belajar dimana para siswa dapat belajar secara mandiri atau berkelompok.



Sumber :
            Munadi, Yudhi. 2008. Media pembelajaran (Sebuah pendekatan baru). Jakarta : Gaung Persada Press

Utilize Media and Materials



Model ASSURE
Utilize Media and Materials
Menggunakan Teknologi Media dan Materi
Mata Kuliah : Media Pembelajaran Konvensional Berbasis IT
                                              
Disusun Oleh :
1.       Septirinda Eka Widiyastuti              : 101134056
2.       Hervina Kathrin                                    : 101134061
3.       Aloisia Rani Meita                 : 101134066
4.       Febrieny Wulandari                            : 101134080

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2013


Pepper ini akan membahas mengenai tahap keempat dalam model Assure yaitu utilize media and materials atau menggunakan teknologi, media dan materi. Pada tahap ini peran serta guru terlibat dari perencanaan penggunaan teknologi, media dan materi untuk membantu siswa mencapai tujuan belajar.
Tahap utilize media and materials atau menggunakan teknologi, media dan materi akan tercapai dengan mengikuti 5 proses, yaitu :
1.     Mempratinjau (preview) teknologi, media dan material
Pada proses ini guru bertugas untuk menyeleksi teknologi, media dan material yang tepat untuk siswa dan tujuan pembelajaran. Sebelum melakukan seleksi guru dapat mengidentifikasi teknologi, media dan material yang terkait dengan  tujuan belajar.  Hal ini bertujuan agar bagian yang dipilih oleh guru sesuai dengan mata pelajaran. Sebagai contoh mata pelajaran IPS mengenai keragaman budaya Indonesia dengan menggunakan sebuah video dokumenter, guru dapat melakukan pratinjau teknologi dan media tersebutdengan mengidentifikasi bagian-bagian yang tepat sesuai dengan materi dan tujuan pembelajaran. Jika guru melakukan tinjauan terlebih dahulu terhadap teknologi, media dan materi dapat memaksimalkan sumber daya yang ada dan akan memastikan bahwa siswa tidak membaca, mendengar atau bahkan mengakses  konten atau bahasa yang tidak pantas yang terdapat dalam permainan komputer, video atau surat kabar.
2.     Menyiapkan (prepare) teknologi, media dan material
Proses selanjutnya yaitu guru harus menyiapkan teknologi, media dan material dengan mengumpulkan semua perlengkapan yang dibutuhkan. Kemudian menentukan urutan penggunaan materi-materi dan apa yang akan guru lakukan terhadap materi-materi tersebut. Misalnya jka guru ingin mengubah aturan permainan pengajaran dengan menyiapkan sekumpulan pertanyaan baru pada berbagai tingkat kesulitan atau suatu topik baru. Contoh lain, jika porsi video yang digunakan guru tidak terlalu membantu pembentukan konsep pada siswa, guru dapat memodifikasi video dengan tidak mendengarkan audio tetapi guru sendiri yang menjadi narator.
Menyiapkan teknologi, media dan materi mungkin bermanfaat dalam menyiapkan daftar materi dan perlengkapan yang diperlukan setiap mata pelajaran dan garis besar urutan presentasi yang akhirnya penting untuk berlatih menggunakan sumber daya.

3.     Menyiapkan (prepare) lingkungan
Aktivas pembelajaran dapat dilakukan di lapangan sekolah, taman sekolah, ruang kelas, laboratorium, perpustakaan maka perlu mengatur untuk penggunaan teknologi, media dan materi yang tepat. Setiap teknologi, media dan materi tidak bisa digunakaan disetiap tempat, harus menyesuaikan lingkungan belajarnya.
Beberapa media memerlukan rungan yang tepat, sumber listrik yang baik dan penggunaan lampu. Tempat duduk perlu diatur supaya para siswa dapat melihat dan mendengar dengan baik.
4.     Menyiapkan (prepare) para pembelajar atau siswa
Kegiatan pembelajaran akan menuai hasil yang baik jika siswa dipersiapkan dengan baik pula. Para siswa disiapkan dalam mengikuti pelajaran maka guru tersebut juga menyiapkan pengalaman belajar yang penting untuk siswa. Proses pemanasan sebelum melakukan kegiatan inti suatu pembelajaran sebagai berikut :
a.       Melakukan sebuah pengantar yang memberikan tinjauan luas mengeni konten mata pelajaran.
Sebagai contoh guru memberikan sebuah gambar mengenai bebek, untuk mata pelajaran IPA mengenai ciri khusus hewan. Dari gambar tersebut dapat memberikan tinjauan yang luas seperti ciri-ciri hewan bebek, bagaimana habitatnya, apa manfaat yang hewan ini bagi kehidupan manusia, termasuk jenis hewan apa,dll.
b.      Memberikan sebuah alasan pemikiran yang menjelaskan bagaimana mata pelajaran yang sedang dipelajari terkait dengan topik yang sedang dipelajari. Sebagai contoh pada mata pelajaran IPS tentang topik keanekaragaman Indonesia, guru dapat memberikan ide atau gagasan bahwa Indonesia memiliki beranekaragam suku bangsa yang mempengaruhi budaya, bahasa, tingkah laku, kehidupan sosial yang berbeda di setiap daerah, dengan pemberian pemikiran seperti ini dapat menunjukkan bahawa IPS tidak hanya belajar tentang sejarah atau sosial masyarakat tetapi juga belajar mengenai keanekaraman budaya Indonesia dan pengaruh.
c.       Memberikan sebuah pernyataan yang memotivasi yang menciptakan keharusan untuk mengetahui dengan menyampaikan kepada siswa bagaimana mereka akan mendapat sesuatu yang berguna jika mengikuti pembelajaran dengan baik.
d.      Memberikan isyarat-isyarat yang mengarahkan perhatian pada aspek-aspek spesifik dari mata pelajaran.
5.     Memberikan (provide) pengalaman belajar
Pengalaman belajar jika berpusat pada guru maka dapat melakukan presentasi, demonstrasi, latihan dan pratik atau tutorial. Apabila menggunakan presentasi dalam kegiatan pembelajaran  penting untuk menggunakan kemampuan presentasi di ruang kelas.
Contoh Ruang Kelas ASSURE : Menggunakan Teknologi, Media dan Materi
“Menggunakan Kemampuan Presentasi di Ruang Kelas”
1.      Perencanaan
Seorang guru harus secara cermat merancang setiap presentasi, sebagai berikut :
a.       Menganalisis siswa, apa saja yang dibutuhkan, latar belakang siswa, tingkat kemampuan siswa dan miskomsepsi yang mungkin terjadi pada para siswa terkait dengan yang guru sajikan.
b.       Merinci tujuan belajar, apa yang seharusnya siswa lakukan, berapa banyak waktu yang dibutuhkan kemudian membatasi tujuan dan konten dengan waktu yang tersedia.
c.       Merinci keuntungan dan dasar pemikiran, mengapa presentasi ini penting untuk siswa. jika tidak bisa menjawab pertanyaan ini maka fokus sebaiknya diubah untuk memenuhi kebutuhn para siswa.
d.       Mengidentifikasi poin-poin penting, sebagian besar presentasi memiliki lima sampai sembilan poin utama
e.       Mengidentifikasi subpoin dan detail-detail pendukung, mencoba membatasi diri pada lima sampai sembilan subpoin untuk setiap poin utama.
f.        Menyusun presentasi dalam susunan yang logis, strategi penyusunan seperti tinjuan (mengatakan pada siswa apa yang akan guru sampaikan pada siswa), sajikan (sampaikan pada siswa), tinjau ulang (beritahukan siswa apa yang telah guru sampaikan pada siswa).
2.      Pengulangan
a.       Menggunakan catatan kata kunci bukan sebuah skrip, guru dapat mencetak kata kunci pada sebuah lembaran catatan. Jangan pernah membaca dari sebuah skrip karena bahasa tulis berbeda dengan bahasa lisan.
b.       Dalam hati telusurilah seluruh presentasi untuk menelaah setiap gagasan secara berurutan.
c.       Lakukan geladi bersih dalam ruangan dimana guru akan memberikan presentasi.
d.       Latihlah menjawab pertanyaan sebagai antisipasi dari para siswa.
e.       Rekam dalam video presentasi anda kemudian simak kembali selama guru melakukan geladi bersih dan berilah timbal balik.
3.      Pengaturan
a.       Periksalah peralatan sebelum memulai presentasi. Guru dapat mengubah susunan presentasi jika diperlukan sesuai dengan kebutuhan. Jika seluruh peralatan sudah siap pastikan semua peralatan beroperasi dengan semestinya.
b.       Untuk memproyeksi video atau komputer tempatkan layar di depan siswa bagian tengah.
4.      Menyajikan
a.      Kekhawatiran
1)     Kegugupan dan semangat yang tinggi merupakan normal sebelum dan selama presentasi. Jika seorang guru baru atau menyampaikan konten baru, perencanaan dan persiapan yang tepat akan mengurangai kekhawatiran.
2)     Kendalikan energi kegugupan dan gunakan secara positif sejalan dengan gerakan tubuh, gestur yang mendukung dan proyeksi suara.
3)     Bernapaslah dengan pelan dan mendalam karena akan melambatkan dan meredakan gejala kekawatiran.
b.      Penyampaian
1)     Berdirilah ketika memberikan presentasi untuk mendapatkan lebih banyak perhatian.
2)     Tatap para siswa untuk menjaga kontak mata dan memungkinkan melihat ekspresi wajah guru.
3)     Ketika menggunakan papan tulis perlu berbalik dan berbicaralah.
4)     Melangkah kesamping atau ke depan siswa agar terlihat dan menjadi alamiah.
5)     Bergerak sembari guru berbicara jika hanya disatu tempat dapat kehilangan perhatian siswa dan jangan berlebihan.
6)     Jangan memasukkan tangan ke dalam kantong, jangan menyilangkan tangan di belakang punggung, jangan merapatkan tangan, dan jangan memainkan bolpoin atau benda-benda lainnya.
c.       Suara
1)     Gunakan gaya percakapan yang alamiah, berinteraksi dengan siswa dalam cara langsung dan personal.
2)     Jangan membaca presentasi jika presentasi hanya sekedar transfer informasi berikan salinannya kepada siswa kemudian biarkan siswa membacanya.
3)     Gunakan kecepatan yang nyaman sehingga sesuai dengan kebutuhan para siswa dan kerumitan kontennya.
4)     Berbicaralah dengan jelas dan cukup nyaring agar terdengar hingga bagian belakang kelas. jika guru merasa tidak yakin dengan volume suara dapat guru tanyakan kepada siswa di bagian belakang apakah mereka mendengar suara guru.
5)     Sebuah jeda/keheningan setelah poin kunci merupakan cara yang mengagumkan untuk menekankannya. Jika dirasa konten itu penting maka penting juga untuk menciptakan jeda atau kehiningan dan biarkan kata-kata itu memudar sebelum melajutkan pada gagasan berikutnya.
d.      Kontak Mata
1)     Pertahankan kontak mata dengan para siswa. kontak mata ini akan menjadikan presentasi serupa dengan percakapan satu lawan satu.
2)     Salah satu cara mengaguman untuk mempertahankan siswa adalah dengan melihat antara mata dan mata ditiap siswa selama sedikitnya tiga detik, jangan terlalu cepat memindai siswa atau melihat dinding belakang, layar atau catatan terlalu lama.